Baru-baru ini dihebohkan dengan penemuan spesies ikan hiu langka yang berasal dari peradaban purba berusia 80 juta tahun yang lalu. Sekelompok peneliti memperoleh kejutan berupa 'fosil hidup' ketika tengah melakukan penelitian kelautan di pesisir pantai Portugal.
Dikutip dari BBC, kelompok peneliti dari Institute for the Sea and Atmosphere menangkap sebuah spesies ikan yang telah ada sejak zaman purbakala. Tidak banyak penelitian yang mampu menangkap penampakan ikan dengan nama ilmiah Chlamydoselachus anguineus yang hidup di kedalaman 500 hingga 1,5 kilometer. Spesies hiu berkelamin jantan ini memiliki panjang 1,5 meter ketika ditangkap di kedalaman 700 meter di perairan Portimao. Peneliti ilmu kelautan terbiasa memanggil hiu ini sebagai 'monster laut dalam'.
Para peneliti mengungkapkan bahwa ciri fisik ikan hiu ini tidak berubah sejak kehidupan mereka di zaman purba. Hiu purba yang pertama kali ditemukan pada 2004 memiliki tubuh memanjang seperti ular dan struktur gigi yang berbeda dari hewan lainnya yang kebanyakan telah melakukan mutasi mengikuti alam.
Hiu yang secara resmi memiliki nama ilmiah Chlamydoselachus Anguineus tersebut memiliki mulut yang merentang ke belakang kepalanya sehingga tampak lebih besar dari hiu lain. Ia juga memiliki enam insang yang berjumbai dalam lehernya. Meskipun tampak mengerikan, hiu ini tidaklah berbahaya bagi manusia, dan 60% dari mangsanya hanyalah moluska laut. Profesor Margardida Castro dari Universitas Algarve menjabarkan bahwa hewan purba itu disebut hiu parut (the frilled shark) karena memilki 300 gigi tajam yang mampu memerangkap ikan, cumi-cumi, dan hiu lainnya dalam sekali terjangan mendadak.
Tak banyak diketahui mengenai lingkungan dan biologi hiu tersebut, sebab ia hidup di laut yang sangat dalam sehingga sulit pula untuk ditangkap. Oleh karena itu, para ilmuwan tidak bisa meneliti lebih lanjut di laboratorium dan hanya terdapat sedikit informasi tentang hiu purba tersebut di habitat aslinya.
Hiu parut bisa ditemukan di hamparan luas Samudera Atlantik, di dekat area Kepulauan Canaria, Madeira, Azores, Galicia, Skotlandia, dan Norwegia. Hiu parut juga bisa ditemukan jauh di kedalaman Samudera Hindia dan Pasifik, lebih tepatnya di pesisir Jepang, New Zealand, dan Australia.
Temuan ini menunjukkan bahwa makhluk hidup di lautan cenderung memiliki daya tahan tinggi terhadap perubahan kondisi bumi. Fisik hewan cenderung menyesuaikan lingkungan di mana ia hidup. Bentuk hiu yang cenderung 'aneh' menunjukkan bahwa ia tetap seperti berwajah sama meski bumi berubah selama 80 juta tahun.
Laut beserta kehidupan yang ada di dalamnya menyimpan banyak misteri yang akan berguna bagi kemajuan peradaban manusia. Ilmu kelautan baru mampu menjelajah 5 persen apa yang ada di lautan.
(Artkel asli : https://kumparan.com/ardhana-pragota/ikan-hiu-purba-ditemukan-di-berenang-di-portugal )
Para peneliti mengungkapkan bahwa ciri fisik ikan hiu ini tidak berubah sejak kehidupan mereka di zaman purba. Hiu purba yang pertama kali ditemukan pada 2004 memiliki tubuh memanjang seperti ular dan struktur gigi yang berbeda dari hewan lainnya yang kebanyakan telah melakukan mutasi mengikuti alam.
Hiu yang secara resmi memiliki nama ilmiah Chlamydoselachus Anguineus tersebut memiliki mulut yang merentang ke belakang kepalanya sehingga tampak lebih besar dari hiu lain. Ia juga memiliki enam insang yang berjumbai dalam lehernya. Meskipun tampak mengerikan, hiu ini tidaklah berbahaya bagi manusia, dan 60% dari mangsanya hanyalah moluska laut. Profesor Margardida Castro dari Universitas Algarve menjabarkan bahwa hewan purba itu disebut hiu parut (the frilled shark) karena memilki 300 gigi tajam yang mampu memerangkap ikan, cumi-cumi, dan hiu lainnya dalam sekali terjangan mendadak.
Tak banyak diketahui mengenai lingkungan dan biologi hiu tersebut, sebab ia hidup di laut yang sangat dalam sehingga sulit pula untuk ditangkap. Oleh karena itu, para ilmuwan tidak bisa meneliti lebih lanjut di laboratorium dan hanya terdapat sedikit informasi tentang hiu purba tersebut di habitat aslinya.
Hiu parut bisa ditemukan di hamparan luas Samudera Atlantik, di dekat area Kepulauan Canaria, Madeira, Azores, Galicia, Skotlandia, dan Norwegia. Hiu parut juga bisa ditemukan jauh di kedalaman Samudera Hindia dan Pasifik, lebih tepatnya di pesisir Jepang, New Zealand, dan Australia.
Temuan ini menunjukkan bahwa makhluk hidup di lautan cenderung memiliki daya tahan tinggi terhadap perubahan kondisi bumi. Fisik hewan cenderung menyesuaikan lingkungan di mana ia hidup. Bentuk hiu yang cenderung 'aneh' menunjukkan bahwa ia tetap seperti berwajah sama meski bumi berubah selama 80 juta tahun.
Laut beserta kehidupan yang ada di dalamnya menyimpan banyak misteri yang akan berguna bagi kemajuan peradaban manusia. Ilmu kelautan baru mampu menjelajah 5 persen apa yang ada di lautan.
(Artkel asli : https://kumparan.com/ardhana-pragota/ikan-hiu-purba-ditemukan-di-berenang-di-portugal )