Type something and hit enter

ads here
By On
advertise here
Source: Inside RGE

Salah satu bidang industri yang digeluti oleh Royal Golden Eagle (RGE) adalah kelapa sawit. Oleh sebab itu, tata kelola yang benar dirasa penting oleh mereka. Melalui anak perusahaannya, Apical, RGE melakukan pelatihan kepada berbagai pihak tentang seluk-beluknya. Royal Golden Eagle merupakan korporasi kelas internasional yang menjadikan pemanfaatan sumber daya sebagai bidang yang digeluti. Didirikan pada 1973 dengan nama awal Raja Garuda Mas, mereka kini memiliki berbagai anak perusahaan dengan industri berbeda-beda. Ketika berdiri dengan nama Raja Garuda Mas, mereka berkecimpung dalam bisnis kayu lapis. Namun kini RGE bergerak di sektor kelapa sawit, pulp dan kertas, pengembangan energi, selulosa spesial, serat viscose, serta pengembangan energi. 

Berkat itu, Royal Golden Eagle memiliki aset senilai 18 miliar dolar Amerika Serika dan mempekerjakan sekitar 60 ribu karyawan. Mereka tersebar di berbagai cabang dan anak perusahaannya yang ada di Indonesia, Singapura, Tiongkok, Brasil, dan Kanada. Apical merupakan salah satu anak perusahaan RGE yang berkecimpung dalam industri kelapa sawit. Mereka dikenal sebagai salah satu eksportir minyak kelapa sawit terbesar di Indonesia. Bukan hanya itu, Apical juga mendistribusikan produk turunan kelapa sawit seperti makanan, oleo chemical, serta biodiesel untuk pasar di dalam dan luar negeri. 

Berkat empat kilang pemurniannya yang ada di Indonesia dan Tiongkok, Apical mampu menembus kapasitas produksi hingga 4,2 juta ton per tahun. Namun, kiprah mereka dalam industri kelapa sawit bakal semakin diperhitungkan. Sejak Juli 2016, mereka mengakuisi perusahaan biodiesel asal Spanyol, Bio Oils. Langkah ini akan meningkatkan total produksi biodiesel Apical hingga 60 persen untuk menembus angka 680 ribu ton per tahun. Sebagai bagian dari Royal Golden Eagle, Apical sangat menekankan terhadap jalur suplai yang berkelanjutan. Mereka hanya mendapatkan bahan baku dari sumber yang terpercaya dengan rantai suplai yang dapat dilacak. Hal ini konsisten dilakukan oleh Apical agar tata kelola industri kelapa sawit dapat berjalan baik. Faktor ini pula yang membuat mereka tak ragu menyebarkan semangat keterbukaan dan keberlanjutan kepada pihak lain. 

Tak aneh, Apical sering mengadakan pelatihan tentang seluk-beluk tata kelola industri kelapa sawit yang baik. Salah satunya mereka laksanakan di Kota Pekanbaru pada Desember 2017 lalu. Dalam perhelatan itu, Apical mengundang para pemangku kepentingan dan supplier untuk lebih memahami tentang rantai pasokan kelapa sawit yang berkelanjutan dan terlacak. Ada sekitar 65 peserta yang ikut berpartisipasi dalam pelatihan yang dilaksanakan selama dua hari tersebut. Mereka terdiri dari para pemilik usaha, kepala bidang komersial, maupun spesialis keberlanjutan dari berbagai perusahaan kelapa sawit yang ada di sekitar Medan dan Riau. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Apical untuk membahas sejumlah hal mulai dari keterlacakan suplai minyak kelapa sawit, serta produksi yang bertanggung jawab. Bukan hanya itu, sesi pelatihan juga dipergunakan untuk lebih mengenal beragam sertifikasi keberlanjutan seperti Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dan International Sustainability and Carbon Certification (ISCC). 

Apical menunjukkan bahwa sertifikasi keberlanjutan sesungguhnya bukanlah beban bagi perusahaan. Hal itu justru mampu mendatangkan keuntungan bagi bisnis. Selain membahas tata kelola industri kelapa sawit, Apical juga memanfaatkannya untuk mendiskusikan beragam isu lain seperti peraturan baru pengelolaan lahan gambut, berbagi pengalaman hasil pekerjaan yang baik di perkebunan maupun pabrik. Hal terkait High Conservation Value (HCV) dan High Carbon Stock (HCS) tak lupa dibicarakan di sana. “Ini merupakan perwujudan komitmen Apical dalam mendukung supplier menuju jalur keberlanjutan. Kami membantu mereka untuk meraih kesempatan, memitigasi risiko, dan terus maju dengan model bisnis yang menekankan tanggung jawab dan keberlanjutan,” ujar Group Head of Sustainability Apical, Bremen Yong 



BAGIAN DARI PROGRAM APICAL 

Source: Inside RGE

Pelatihan yang dilaksanakan oleh Apical ini rupanya mendapat sambutan baik dari para peserta. Setelah mengikutinya, mereka merasa mendapat manfaat besar terkait tata kelola industri kelapa sawit yang benar. Maklum saja, narasumber yang dihadirkan oleh anak perusahaan Royal Golden Eagle ini sangat kompeten. Para pakar dari RSPO, The Forest Trust (TFT), Proforest, Daemeter Consulting, dan Yayasan SETARA Jambi dihadirkan. Mereka membagi pengetahuannya tentang arti penting keterlacakan dalam rantai suplai kelapa sawit dan kewajiban untuk menjalin kedekatan dengan petani swadaya. Bukan hanya itu, dalam pelatihan ikut dibahas pula tata cara meraih sertifikasi keberlanjutan mulai dari pendanaan serta langkah yang mesti dilakukan. 

Antusiasme peserta dirasakan oleh salah seorang narasumber dari Daemeter Consulting. Peserta dinilainya aktif berpartisipasi dalam dialog. “Hasrat untuk belajar dan menerapkannya secara nyata dari para peserta sangat bagus. Kami berharap para peserta mampu menjaga energi dan antusiasmenya untuk mendorong kemajuan, bukan hanya dalam pertumbuhan industri tapi juga terkait keberlanjutan dalam industri kelapa sawit,” ucap Co-Founder dan Presiden Direktur Daemeter Consulting, Aisyah Sileuw. Manfaat besar dirasakan banyak pihak berkat pelatihan tersebut. Namun, bagi Apical, ini bukan hal baru. Kegiatan serupa sudah pernah mereka lakukan di kota lain seperti Medan pada April 2017 dan di Jakarta pada Agustus 2017. 

Pelatihan ini sesungguhnya merupakan bagian dari Shared Value Programme yang dilaksanakan oleh Apical. Dalam kegiatan ini, unit bisnis bagian dari RGE ini hendak mendorong para pemangku kepentingan dan supplier untuk lebih paham tentang perubahan dan tren-tren terbaru di dalam industri kelapa sawit. Apical kemudian menggunakannya sebagai sarana untuk menyebarkan semangat keberlanjutan di dalam industri kelapa sawit. Kelestarian alam dengan cara proses produksi bertanggung jawab memang selalu menjadi perhatian bagi perusahaan yang mulai beroperasi pada 1996 ini. Hal itu dilakukan Apical untuk memenuhi prinsip kerja di dalam RGE. Pendiri Royal Golden Eagle, Sukanto Tanoto, merumuskan filosofi bisnis sebagai arahan kerja perusahaannya. Semua dirangkum ke dalam prinsip yang dikenal sebagai 5C. 

5C mewajibkan semua pihak di dalam RGE supaya mampu memberi manfaat kepada pihak lain, selain kepada internal perusahaan sendiri. Mereka harus bermanfaat bagi pelanggan, masyarakat, negara, iklim, sehingga akan bermanfaat bagi perusahaan. Kemampuan menjaga iklim inilah yang tengah dijalankan oleh Apical lewat pelatihan tata kelola industri kelapa sawit. Dengan program itu diharapkan banyak pihak yang semakin sadar arti penting kelestarian lingkungan. Keberlanjutan serta langkah-langkah bertanggung jawab terhadap alam dan lingkungan memang sudah menjadi bagian dalam keseharian Apical. Bukti nyata mereka tunjukkan dalam Laporan Keberlanjutan 2016 yang mereka rilis pada Desember 2017 lalu. 

Di sana Apical melaporkan sejumlah langkah dan upaya dalam menjaga kelestarian alam. Anak perusahaan Royal Golden Eagle ini tercatat memperlihatkan kemampuan untuk menjaga persentase keterlacakannya hingga 100 persen. Selain itu, Apical menujukkan upaya seriusnya untuk menjalin hubungan lebih baik dengan para stakeholder. Hal itu ditandai dengan tindakan memperkuat hubungan dengan 21 supplier prioritas di Sumatra dan Kalimantan selama 2016. Hal-hal itu hanya sebagian dari langkah yang dijalankan Apical sebagai bentuk partisipasi aktif dalam menjaga iklim. Sebagai bagian dari grup Royal Golden Eagle, Apical selalu berusaha keras menjalankan praktik bisnis yang bertanggung jawab terhadap alam.

Click to comment